Senin, 08 Juni 2009

suatu pembrontakan

SEBUAH KESAKSIAN DARI HAMBA-NYA - Ary Suksmono Hertanto (10)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

SUATU PEMBRONTAKAN

Saya lupa tanggal kejadian ini. Kisah ini dimulai ketika anak saya mendadak sakit panas (demam) disuatu sore. Isteri saya berdoa kepada Tuhan yang dijawab olehNya bahwa anakku sakit biasa dan akan sembuh. Tetapi sampai malam hari panas anak saya tidak turun malah sebaliknya semakin meningkat. Isteri saya mulai menggerutu kepada Bapa, dia protes. Tuhan secara tersendiri malah berkata kepada saya berkali-kali, bahwa anak saya akan Dia panggil pulang ke surga. Jam dua belas malam dan jam dua pagi dini hari dikatakannya lagi. Jam lima pagi Tuhan tetap berkata hal yang sama: “anakmu akan Aku panggil pulang”. Sebelumnya sudah berkali-kali saya berdoa untuk menguji suara-suara dan jawaban itu karena sangka saya itu suara iblis. Saya menggerutu dan memberontak kepada Tuhan : “Ya Bapa, kenapa Engkau ambil anakku yang baru saja Engkau berikan padaku? Dua belas tahun aku menunggunya…. Engkau memang berkuasa atas segalanya. Semua milikMu. Kalau memang Engkau berkehendak mau ambil,…ya…ambil .. ambil saja….!” Saya marah tetapi campur takut, dan menganggap Tuhan sangat arogan. Pagi-pagi isteri saya sudah bangun untuk mencari informasi dokter jaga pada tetangga kami, yang kebetulan bekerja di rumah sakit. Sayapun dengan lesu melangkah ke kamar mandi, tiba-tiba Tuhan berkata: “Anakku, Aku telah mengujimu. Anakmu sakit biasa dia akan sembuh”. Karena hati saya kacau, saya tidak memperhatikanNya. Sesampai di dalam kamar mandi Tuhan berkata lagi dengan lembut, “Ambil bukumu di atas, baca halaman pertama”. Sayapun ambil buku renungan harian yang saya letakkan diatas toilet (saya memang suka menyediakan beberapa buku renungan harian edisi yang sudah lalu di atas toilet). Ketika saya membacanya ada tulisan disitu, “Kita perlu membuka diri dan mau belajar untuk melihat kehendak Allah …. Iman selalu memanggil kita hidup semakin dekat kepada Tuhan dan bertindak sesuai dengan kehendakNya……. Demikian hubungan kita dengan Allah menjadi semakin erat karena adanya perhatian, tanggapan dan interaksi. Hubungan ini juga akan bertumbuh melalui pengenalan akan kehadiranNya dalam kehidupan kita…..” Ya Bapa, aku mengerti. Selesai mandi saya segera berlutut dipinggir tempat tidur dan berdoa mohon pengampunanNya. Saya berpikir bahwa saya telah gagal. Tidak seperti Abraham yang menyerahkan anaknya bagi Tuhan dengan taat oleh karena sangat mengasihiNya. Saya menyesal dan menangis. Tuhan berkata: “Suruh isterimu tidak usah ke dokter”. Begitu isteri saya pulang dengan tergopoh hendak membawa anak kami ke Rumah Sakit, saya katakan kepadanya bahwa Bapa minta dia tidak usah pergi ke dokter. Isteri saya termangu, entah apa yang dipikirkannya. Tuhan berkata lagi pada saya: “Ambil minyak urapan, tumpangkan tangan pada anakmu..” Sayapun melakukan perintahNya, “ Suruh isterimu tumpangkan tangan pada anaknya, dan mintalah mendoakan dia”. Kamipun patuh. Sungguh benar apa yang Tuhan katakan. Demam anak saya seketika itu juga turun. Esok harinya dia sudah berlari-larian dengan riangnya. Itulah kisah saya. Suatu ketika Tuhan benar-benar mengambil anak saya pulang, karena ternyata kami lebih mencintai anak kami daripada mencintai Tuhan. Padahal Tuhan akan memakai kami lebih lagi (baca kesaksian sebelumnya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar